Tuesday, April 29, 2008

Blog untuk Pendidikan, Bisakah Kita?


"Budaya ngeblog adalah
budaya
baca dan menulis
dalam skala massal.

Sebuah budaya yang dilakukan bangsa-bangsa maju dan civilized."

Fatih Syuhud


Baru saja saya diminta menjadi pembimbing 3 santri SMA yg akan membuat karya ilmiah untuk ikut sebuah lomba. Temanya tentang pemanfaatan blog untuk pendidikan. Tema yg menarik tetapi menyimpan tantangan yg tidak ringan. Ada beberapa poin masalah yg menghadang:
  1. Belum membudayanya pemanfaatan literasi internet untuk pendidikan di kalangan pelajar. Akses internet masih mahal untuk kantong pelajar SMA.
  2. Masih minimnya blog yg dibuat khusus untuk pendidikan.
  3. Sangat jarang menjumpai pelajar khususnya santri punya blog apalagi jika dimanfaatkan untuk pendidikan.
  4. Sang peneliti bukanlah seorang blogger. Jadi pengetahuannya tentang blogosphere belum banyak.
  5. Blog sebenarnya dibangun di atas tiga budaya dasar: Reading, Writting dan Posting. Ketiganya butuh kerja keras untuk menjadi budaya internal pelajar atau santri.
  6. Masih membudayanya nama alias di dunia internet di kalangan pelajar. Identitas palsu digunakan baik di email, friendster dan blog. Ini membuat karya tulisan di internet diabaikan karena rendahnya otoritas nara sumber. Di dunia ilmiah pendidikan ini jelas tidak menarik.

Menulis membuat kita mengaktifkan otak kita dalam berfikir kreatif (otak kanan) maupun logis sekuensial (otak kiri). Ini yg membuat DR Stephen D Krashen menyimpulkan bahwa dengan menulis kita bisa semakin cerdas.
Jadi Keep writting...!

Menurut Hernowo syarat bisa menulis dengan enak dan berbobot adalah banyak membaca. Membaca materi mestinya beragam dan berbobot atau menurut Hernowo 'bergizi tinggi'. Kalau di kepala tidak ada isinya bagaimana mungkin bisa mengeluarkan tulisan berisi.
Jadi Keep reading...!

Berkaitan dengan Blog maka seseorang baru akan 'diakui' pendapatnya tentang blog jika ia seorang blogger. Bahkan seorang Roy Suryo, yg dikenal pakar telematika, dianggap musuh para blogger karena tanggapan Roy yg skeptis terhadap blog. Segala pendapatnya tentang Blog di mata komunitas Blogger tidak 'dianggap' apa-apa. Untuk membuat blog yg baik tentu harus lewat pengalaman (blogging) dan sering membaca blog bermutu (blogwalking).
Jadi Keep Blogging...!

Terus baca. Terus tulis. Terus posting tulisanmu.



[+/-] Selengkapnya...

Sunday, April 20, 2008

Salah Muat Foto



Pada hari Senin 21 April yg diperingati sebagai Hari Kartini saya mendapatkan artikel yg 'menggigit' di Solopos versi cetak yg online di www.solopos.or.id (versi cetak kok online ya??). Isinya tentang HTR yang menggugat peran Kartini yg sesungguhnya tidak lebih hebat dari pengorbanan Cut Nya Dien atau Cut Muetia yg jelas-jelas berdarah-darah berjuang angkat senjata. Namun Kartini diakui sebagai pejuang emansipasi wanita karena Beliau MENULIS. Tulisan ibu Kartni yg berupa surat-surat bisa berefek luas, lintas wilayah dan lintas generasi. Sayangnya setelah membaca artikel ini saya menjumpai salah muat foto. Foto yang seharusnya berupa pameran mobil konsep tetapi gambarnya malah pelantikan pejabat. (lihat samping)

Beberapa hari lalu saya juga mendapati ralat salah muat foto di koran Solopos. Saya mengenali foto Prof DR Winarno Surakhmat yg terpampang karena saya hadir pada seminar nasional beliau di Graha Tirta. Kalau salah muat di koran memang ralatnya terpaksa harus menunggu cetak berikutnya. Berbeda kasusnya jika kesalahan foto pada media online seperti di atas.

Salah satu yg merupakan kekuatan media online dibandingkan majalah atau koran adalah kecepatan memproduksi berita namun tak jarang muncul salah berita atau salah foto. Keakuratan media online dapat dikoreksi dengan cermat oleh pembaca. Kadang pada media yg terlanjur memuat berita yg tidak valid atau menimbulkan masalah maka media online bisa langsung mengkoreksi. Masalahnya adalah kesalahan seperti ini bisa berlangsung tanpa media tersebut minta maaf. Media online bisa mengkoreksi berita dan berita lama yg salah langsung dihilangkan. Kesalahan pada berita lama terhapus tidak bisa dijadikan bukti jika seandainya ingin digugat. Kecualai ada yg dengan sengaja memprin screen tayangan online yg keliru. Saya berharap Undang-undang ITE bisa digunakan sebagai dasar hukum untuk permasalahan seperti ini.

[+/-] Selengkapnya...