Pada hari Senin 21 April yg diperingati sebagai Hari Kartini saya mendapatkan artikel yg 'menggigit' di Solopos versi cetak yg online di www.solopos.or.id (versi cetak kok online ya??). Isinya tentang HTR yang menggugat peran Kartini yg sesungguhnya tidak lebih hebat dari pengorbanan Cut Nya Dien atau Cut Muetia yg jelas-jelas berdarah-darah berjuang angkat senjata. Namun Kartini diakui sebagai pejuang emansipasi wanita karena Beliau MENULIS. Tulisan ibu Kartni yg berupa surat-surat bisa berefek luas, lintas wilayah dan lintas generasi. Sayangnya setelah membaca artikel ini saya menjumpai salah muat foto. Foto yang seharusnya berupa pameran mobil konsep tetapi gambarnya malah pelantikan pejabat. (lihat samping)
Beberapa hari lalu saya juga mendapati ralat salah muat foto di koran Solopos. Saya mengenali foto Prof DR Winarno Surakhmat yg terpampang karena saya hadir pada seminar nasional beliau di Graha Tirta. Kalau salah muat di koran memang ralatnya terpaksa harus menunggu cetak berikutnya. Berbeda kasusnya jika kesalahan foto pada media online seperti di atas.
Salah satu yg merupakan kekuatan media online dibandingkan majalah atau koran adalah kecepatan memproduksi berita namun tak jarang muncul salah berita atau salah foto. Keakuratan media online dapat dikoreksi dengan cermat oleh pembaca. Kadang pada media yg terlanjur memuat berita yg tidak valid atau menimbulkan masalah maka media online bisa langsung mengkoreksi. Masalahnya adalah kesalahan seperti ini bisa berlangsung tanpa media tersebut minta maaf. Media online bisa mengkoreksi berita dan berita lama yg salah langsung dihilangkan. Kesalahan pada berita lama terhapus tidak bisa dijadikan bukti jika seandainya ingin digugat. Kecualai ada yg dengan sengaja memprin screen tayangan online yg keliru. Saya berharap Undang-undang ITE bisa digunakan sebagai dasar hukum untuk permasalahan seperti ini.
Sunday, April 20, 2008
Salah Muat Foto
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
It is remarkable, very good message
Post a Comment