Monday, January 18, 2010

Kembali ke Pesantren

Oleh: Abu Muhammad*

Tak terasa liburan semester gasal telah usai, para santri kembali ke tempat penempaan setelah beberapa pekan merengguk nafas "kebebasan" dunia luar. Itu artinya, belajar kedisiplinan akan segera diterapkan, pemolesan akhlak karimah juga akan dimulai oleh para pengasuh. Duh, hatiku gundah karena berat meninggalkan ayah dan mamah di rumah. Aku akan berpisah lagi dengan orang-orang yang aku sayangi, aku akan dikurung lagi dalam penjara suci, duh gusti…
(tujuh tahun berselang)

Untuk adik-adik ku di Assalaam yang aku sayangi dan banggakan, apa yang kalian rasakan sekarang tak jauh berbeda dengan apa yang kakak rasakan dahulu. Berdisiplin adalah sebuah pembiasaan yang teramat berat untuk kita jalani, dimulai dari bangun subuh tepat waktu, sholat berjamaah, ngantri MCK, sarapan dan masuk kelas. Kemudian praktek berbahasa asing dengan dipandu oleh pengurus OP3MIA, jasus bersliweran mencari mangsanya dan seterusnya. Sungguh semua itu adalah ujian yang tidak ringan untuk dilalui. Tapi yakinlah, bahwa kesabaran akan membuahkan hasil yang manis. Jalani semua yang pengasuh titahkan di pesantren dengan tawadhu' dan sabar, karena para pengasuh, asatidz dan asatidzah merupakan pengganti orang-tua kalian di rumah.

Untuk para pengasuh dan guru-guru kami, semoga jerih payah yang telah dikorbankan untuk membina generasi ummat dalam meraih ridho Rabb-nya diberikan imbalan yang seluas luasnya oleh Allah. Semoga Allah selalu memberikan ke-ikhlasan kepada guru-guru kami di Assalaam untuk membina dan membimbing adik-adik kami, sehingga diberikan kesabaran menghadapi segala problem yang terjadi, tidak jemu menegur dan mendoakan dalam setiap munajat dalam tahajud panjang di seper-tiga malam untuk kebaikan adik-adik kami, santri Assalaam dan semua turut membesarkan nama Assalaam.

Untuk para orang tua kami dan para wali santri di rumah, perlu sekiranya disadari bahwa tugas mendidik dan mentarbiyah adalah tugas yang tidak ringan dimana ayah dan ibu di rumah juga turut memiliki andil, bahkan sebenernya tugas ini adalah tugas utama para orang-tua. Maka kurang bijaksana jika memasrahkan begitu saja tugas yang tidak ringan ini kepada para pengasuh di pesantren, perlu ada kerjasama untuk saling bahu membahu mengemban tugas. Setidaknya seuntai do'a tulus di setiap sholat kita tujukan bagi kemaslahatan anak-anaknya di pesantren, agar mereka mudah menerima pelajaran, mudah mengikuti rutinitas dan kegiatan pesantren, sehingga kelak menjadi anak sholeh dan sholehah yang akan menjadi tabungan amal kebaikan ketika nyawa tak bersemayam lagi dalam raga.

Untuk Assalaam ku tercinta, aku titipkan pada Allah untuk menjaga setiap orang yang berperan dalam membangun pesantren kami, baik para pengasuh, para wali santri, para tamu yang berkunjung, para santri dan semua yang memiliki niat yang sholeh untuk pesantren ini. Semoga Allah menjadikan mereka semua dalam lindungan-Mu dari gangguan syetan yang terkutuk, dari setiap kejahatan penghasud, dan dari setiap kedengkian yang tidak menginginkan kebaikan pada pesantren ini. Amin, amin yaa Rabbal-alamin.

Sabtu, 16 Januari 2010
*adalah nama pena dari Ade Machnun S,
Mahasiswa tingkat akhir, Fakultas Syari'ah
Universitas Al-Ahgaff, Tarim-Hadhramaut-Yaman

[+/-] Selengkapnya...

Friday, January 15, 2010

Info Pendataran Santri Baru 2010

Seperti biasa Assalaam sudah membuka pendaftaran santri baru pada bulan Maret. Jadi bagi yg ingin daftar harap segera datang ke Assalaam. Bisa booking dulu, titip data n no HP agar bisa dihubungi panitia. Informasi lebih lengkap bisa tanya ke panitia atau humas. Sekalian jalan-jalan kunjungan ke Assalaam lalu dilanjutkan putar-putar Solo yg keren.


Klik pd gambar utk memperbesar

Waktu pendaftaran:

  • Pendaftaran dan tes lisan: 27 Maret - 3 April 2010
  • Test tulis: 4 April 2010
  • Pengumuman: 8 April 2010
  • Daftar Ulang: 8 - 14 April 2010
  • Santri Baru datang: 21 Juli 2010

[+/-] Selengkapnya...

Thursday, January 14, 2010

Masa Depan

Saat kaum muslim pulang dari Tabuk, mereka mengatakan di antara mereka sendiri bahwa hari-hari peperangan akan segera berakhir. Ide ini diperkuat oleh datangnya berbagai delegasi, terus-menerus selama sepuluh tahun, sehingga beberapa orang mukmin mulai menjual senjata dan perlengkapan perang mereka. Namun, ketika hal ini didengar oleh Nabi SAW, beliau melarangnya, "Umatku tidak akan berhenti berjuang demi kebenaran hingga munculnya Dajjal." Beliau juga berkata, "Jika kalian mengetahui apa yang kuketahi, kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis," dan, "Tidak ada waktu yang datang kepadamu melainkan terjadi sesuatu yang lebih buruk." Beliau mengingatkan mereka bahwa umatnya akan mengikuti orang-orang Yahudi dan Kristen pada jalan kehancuran: "Kalian akan mengikuti mereka sejengkal demi sejengkal, sedepa demi sedepa, hingga jika mereka masuk ke dalam lubang binatang berbisa, kalian akan mengikuti mereka juga."[1]
Dan kini, apa yang diprediksikan oleh Nabi Muhammad semakin memperlihatkan kebenarannya,. Kerusakan demi kerusakan terus merajalela seiring bergulirnya waktu, bahkan dunia seakan berbalik 180 derajat. Yang halal seolah menjadi haram, yang haram menjadi halal dan seterusnya. Sehingga benar apa yang dikatakan Nabi SAW. bahwa umat muslim masih terus berjuang menyerukan kebenaran sebagaimana yang dulu Nabi ajarkan Karena pada penyeruan kepada manusia untuk berbuat baik (amar ma'ruf) dan pencegahan terhadap perkara yang mungkar (nahi munkar) di dalamnya terkandung dengan karakteristik umat pilihan sebagaimana yang Allah SWT. tandaskan dalam Qur'an surat Ali Imran: 110.
Seruan ini akan terus berlaku sepanjang jaman hingga esok ketika mentari terbit dari ufuk barat, yaitu ketika kiamat tiba. sepanjang itu pula konfrontasi antara yang haq dan yang batil akan terus terjadi. Terutama dari kaum Yahudi dan Nasrani karena mereka tidak pernah akan rela hingga umat Islam mengikuti millah mereka.
Problematika umat Islam baik yang di Indonesia maupun di belahan bumi lainnya tidak lepas dari campur tangan musuh-musuh abadinya, oleh karena itu tidak perlu diherankan lagi jika Islam dan umatnya selalu jadi bulan-bulan, mulai dari isu terorisme hingga kekerasan yang kerap ditudingkan Barat kepada muslimin. Perlakukan diskriminasi ini tidak lepas dari kedengkian mereka dan ketidaknyamanan mereka karena kepentingan-kepentingan duniawinya terusik dengan keadilan universal yang dibawa Islam, di samping juga posisi kita yang mudah diombang-ambing bagai buih di lautan, inilah yang oleh pemikir Islam Sayyid al-'Adny dalam teori fiqh tahawwulat disebut dengan fase buih (marhalah al-ghutsa'). Beliau menekankan pentingnya mendalami fase ini dengan penuh kesadaran, agar bisa keluar dari kemelut berkepanjangan yang terus-menerus menimpa umat Muhammad SAW. Sebagaimana yang Nabi SAW. sebutkan, bahwa penyebab utama dijadikannya muslimin "bancakan" umat-umat lain adalah karena terkena penyakit wahn yaitu cinta dunia dan takut akan kematian.[2]

[1] Abu Bakar Sirajud Din: "MUHAMMAD; Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik," hal. 625.
[2] Al-'Adeny: "Az Zauba'ah al-'Ashifah," hal. 82

[+/-] Selengkapnya...