Saat kaum muslim pulang dari Tabuk, mereka mengatakan di antara mereka sendiri bahwa hari-hari peperangan akan segera berakhir. Ide ini diperkuat oleh datangnya berbagai delegasi, terus-menerus selama sepuluh tahun, sehingga beberapa orang mukmin mulai menjual senjata dan perlengkapan perang mereka. Namun, ketika hal ini didengar oleh Nabi SAW, beliau melarangnya, "Umatku tidak akan berhenti berjuang demi kebenaran hingga munculnya Dajjal." Beliau juga berkata, "Jika kalian mengetahui apa yang kuketahi, kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis," dan, "Tidak ada waktu yang datang kepadamu melainkan terjadi sesuatu yang lebih buruk." Beliau mengingatkan mereka bahwa umatnya akan mengikuti orang-orang Yahudi dan Kristen pada jalan kehancuran: "Kalian akan mengikuti mereka sejengkal demi sejengkal, sedepa demi sedepa, hingga jika mereka masuk ke dalam lubang binatang berbisa, kalian akan mengikuti mereka juga."[1]
Dan kini, apa yang diprediksikan oleh Nabi Muhammad semakin memperlihatkan kebenarannya,. Kerusakan demi kerusakan terus merajalela seiring bergulirnya waktu, bahkan dunia seakan berbalik 180 derajat. Yang halal seolah menjadi haram, yang haram menjadi halal dan seterusnya. Sehingga benar apa yang dikatakan Nabi SAW. bahwa umat muslim masih terus berjuang menyerukan kebenaran sebagaimana yang dulu Nabi ajarkan Karena pada penyeruan kepada manusia untuk berbuat baik (amar ma'ruf) dan pencegahan terhadap perkara yang mungkar (nahi munkar) di dalamnya terkandung dengan karakteristik umat pilihan sebagaimana yang Allah SWT. tandaskan dalam Qur'an surat Ali Imran: 110.
Seruan ini akan terus berlaku sepanjang jaman hingga esok ketika mentari terbit dari ufuk barat, yaitu ketika kiamat tiba. sepanjang itu pula konfrontasi antara yang haq dan yang batil akan terus terjadi. Terutama dari kaum Yahudi dan Nasrani karena mereka tidak pernah akan rela hingga umat Islam mengikuti millah mereka.
Problematika umat Islam baik yang di Indonesia maupun di belahan bumi lainnya tidak lepas dari campur tangan musuh-musuh abadinya, oleh karena itu tidak perlu diherankan lagi jika Islam dan umatnya selalu jadi bulan-bulan, mulai dari isu terorisme hingga kekerasan yang kerap ditudingkan Barat kepada muslimin. Perlakukan diskriminasi ini tidak lepas dari kedengkian mereka dan ketidaknyamanan mereka karena kepentingan-kepentingan duniawinya terusik dengan keadilan universal yang dibawa Islam, di samping juga posisi kita yang mudah diombang-ambing bagai buih di lautan, inilah yang oleh pemikir Islam Sayyid al-'Adny dalam teori fiqh tahawwulat disebut dengan fase buih (marhalah al-ghutsa'). Beliau menekankan pentingnya mendalami fase ini dengan penuh kesadaran, agar bisa keluar dari kemelut berkepanjangan yang terus-menerus menimpa umat Muhammad SAW. Sebagaimana yang Nabi SAW. sebutkan, bahwa penyebab utama dijadikannya muslimin "bancakan" umat-umat lain adalah karena terkena penyakit wahn yaitu cinta dunia dan takut akan kematian.[2]
[1] Abu Bakar Sirajud Din: "MUHAMMAD; Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik," hal. 625.
[2] Al-'Adeny: "Az Zauba'ah al-'Ashifah," hal. 82
Thursday, January 14, 2010
Masa Depan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment