Saturday, February 14, 2009

Ketika Hati di Uji…



Banyak orang yang mengira bahwa ujian yang paling berat adalah ketika fisik kita menderita penyakit, kecelakaan dan ujian-ujian lainnya. Namun sejatinya ujian yang paling berat adalah ujian dan godaan hati. Banyak kita saksikan keberhasilan orang-orang yang dapat melalui ujian fisik namun sangat sedikit sekali yang berhasil melampaui ujian hati.

Kita juga sering mendapati betapa kebanyakan manusia sangat memperhatikan kebutuhan materi fisiknya dari kebutuhan primer, sekunder bahkan tidak kalah pentingnya kebutuhan tertsier. Sementara itu kesehatan dan keselamatan hatinya diabaikan begitu saja, sehingga ia tidak sempat mengintrospeksi diri apakah hatinya sedang terjangkiti penyakit atau tidak jika demikian bagaimana mungkin hatinya bisa diobati sementara ia sendiri tidak dapat mendiagnosa penyakitnya, bagaimana mungkin?!

Padahal, keindahan fisik dan kemolekan tubuh sama sekali bukan pusat perhatian Allah Sang Maha Pencipta, melainkan hatinya.

Ketika kita shalat, berpuasa, beramal kebaikan baik itu bersedekah atau menolong orang lain hati kita diuji dalam bentuk usaha untuk mengikhlaskan niat hanya kepada Allah semata, tidak mencari perhatian dari manusia. Jika tidak maka semuanya akan sia-sia belaka, sama sekali tidak bernilai di hadapan Allah.

"dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan." (QS. Al-Furqân: 23)

"Jauhilah syirik yang tersembunyi,… yaitu seorang yang mengerjakan shalat dengan sungguh-sungguh karena mengetahui ada yang memperhatikannya. Itulah syirik yang tersembunyi." (HR. Ibnu Khuzaimah)

Diantara macam penyakit hati adalah: Nifak, riya', Syubhat dan keraguan, Sûudz-dzon (prasangka buruk), hasad, sombong, dengki, dll.

Sedangkan penawarnya adalah: keimanan kepada Allah, ikhlas, ilmu, merealisasikan takwa, shalat malam, dan banyak berdoa.

Alfagir Ade Machnun S
Tarim, 17 Shafar 1430
Bacaan: imtihân al-qalb oleh Dr, Sulaiman al-Umar.



[+/-] Selengkapnya...